lanjutan system pendengaran
6)
Respon Auditoris Batang Otak
Pemeriksaan ini mengukur gelombang
saraf di otak yang timbul akibat rangsangan pada saraf pendengaran. Respon
auditoris batang otak juga dapat digunakan untuk memantau fungsi otak tertentu
pada penderita koma atau penderita yang menjalani pembedahan otak.
7)
Elektrokokleografi
Elektrokokleografi digunakan untuk mengukur aktivitas koklea dan saraf pendengaran. Kadang pemeriksaan ini bisa membantu menentukan penyebab dari penurunan fungsi pendengaran sensorineural.
Elektrokokleografi digunakan untuk mengukur aktivitas koklea dan saraf pendengaran. Kadang pemeriksaan ini bisa membantu menentukan penyebab dari penurunan fungsi pendengaran sensorineural.
Elektrokokleografi
dan respon auditoris batang otak bisa digunakan untuk menilai pendengaran pada
penderita yang tidak dapat atau tidak mau memberikan respon bawah sadar
terhadap suara.
Misalnya untuk mengetahui ketulian pada anak-anak dan bayi atau untuk memeriksa hipakusis psikogenik (orang yang berpura-pura tuli).
Beberapa pemeriskaan pendengaran bisa mengetahui adanya kelainan pada daerah yang mengolah pendengaran di otak. Pemeriksaan tersebut mengukur kemampuan untuk:
Misalnya untuk mengetahui ketulian pada anak-anak dan bayi atau untuk memeriksa hipakusis psikogenik (orang yang berpura-pura tuli).
Beberapa pemeriskaan pendengaran bisa mengetahui adanya kelainan pada daerah yang mengolah pendengaran di otak. Pemeriksaan tersebut mengukur kemampuan untuk:
1) mengartikan dan memahami percakapan
yang dikacaukan
2) memahami pesan yang disampaikan ke
telinga kanan pada saat telinga kiri menerima pesan yang lain
3) menggabungkan pesan yang tidak
lengkap yang disampaikan pada kedua telinga menjadi pesan yang bermakna
4) menentukan sumber suara pada saat
suara diperdengarkan di kedua telinga pada waktu yang bersamaan.
Jalur saraf dari setiap telinga
menyilang ke sisi otak yang berlawanan, karena itu kelainan pada otak kanan
akan mempengaruhi pendengaran pada telinga kiri.
Kelainan pada batang otak bisa
mempengaruhi kemampuan dalam menggabungkan pesan yang tidak lengkap menjadi
pesan yang bermakna dan dalam menentukan sumber suara.
6. Penatalaksanaan
1)
Pencegahan
Gunakan pelindung telinga untuk melindungi dari kerusakan yang disebabkan dari suara keras. Berhati-hatilah dengan aktifitas yang berhubungan dengannya seperti menembak, menggunakan mesin gergaji, mengendarai motor yang berknalpot bising, mendengarkan musik dengan keras dalam waktu yang lama.
Gunakan pelindung telinga untuk melindungi dari kerusakan yang disebabkan dari suara keras. Berhati-hatilah dengan aktifitas yang berhubungan dengannya seperti menembak, menggunakan mesin gergaji, mengendarai motor yang berknalpot bising, mendengarkan musik dengan keras dalam waktu yang lama.
2)
Perawatan Rumah
Kapas dapat ditarik keluar dari
telinga secara pelan dengan menggunakan semprotan telinga. Pelembut kapas seperti cerumenex
dapat digunakan jika kapas terlalu keras
Perawatan harus dilakukan ketika
mengambil benda asing yang masuk, kecuali itu hal yang mudah, miliki peralatan
kesehatan dan pindahkan benda asing tersebut. Jangan gunakan benda tajam. Segera ke
dokter jika
gangguan pendengaran berlanjut dan
tidak terjelaskan. Kehilangan Pendengaran kemungkinan tidak dapat diperbaiki.
Tujuan dari pada perawatan ini adalah untuk mengobati luka dan
melindungi telinga dari kerusakan yang lebih lanjut. Alat bantu pendengaran mungkin dapat
membantu penderita untuk berkomunikasi. Keahlian dalam membaca gerak bibir
orang mungkin dapat dipelajari. Pengobatan untuk penurunan fungsi pendengaran tergantung
kepada penyebabnya.
Jika penurunan fungsi pendengaran
konduktif disebabkan oleh adanya cairan di telinga tengah atau kotoran di saluran
telinga, maka dilakukan pembuangan cairan dan kotoran tersebut. Jika
penyebabnya tidak dapat diatasi, maka digunakan alat bantu dengar atau kadang
dilakukan pencangkokan koklea.
3) Pencangkokan
Koklea
Pencangkokan koklea (implan koklea) dilakukan pada
penderita tuli berat yang tidak dapat mendengar meskipun telah menggunakan alat
bantu dengar.
Alat ini dicangkokkan di bawah kulit di belakang telinga dan
terdiri dari 4 bagian:
·
Sebuah mikrofon untuk menangkap suara dari sekitar
·
Sebuah prosesor percakapan yang berfungsi memilih dan
mengubah suara yang tertangkap oleh mikrofon
·
Sebuah transmiter dan stimulator/penerima yang
berfungsi menerima sinyal dari prosesor percakapan dan merubahnya menjadi
gelombang listrik
·
Elektroda, berfungsi mengumpulkan gelombang dari stimulator
dan mengirimnya ke otak.
Suatu implan tidak mengembalikan ataupun menciptakan fungsi
pendengaran yang normal, tetapi bisa memberikan pemahaman auditoris kepada
penderita tuli dan membantu mereka dalam memahami percakapan.
Implan koklea sangat berbeda dengan alat bantu dengar.
Alat bantu dengar berfungsi memperkeras suara. Implan koklea menggantikan fungsi dari bagian telinga dalam yang mengalami kerusakan.
Jika fungsi pendengaran normal, gelombang suara diubah menjadi gelombang listrik oleh telinga dalam. Gelombang listrik ini lalu dikirim ke otak dan kita menerimanya sebagai suara.
Implan koklea bekerja dengan cara yang sama. Secara elektronik, implan koklea menemukan bunyi yang berarti dan kemudian mengirimnya ke otak.
Alat bantu dengar berfungsi memperkeras suara. Implan koklea menggantikan fungsi dari bagian telinga dalam yang mengalami kerusakan.
Jika fungsi pendengaran normal, gelombang suara diubah menjadi gelombang listrik oleh telinga dalam. Gelombang listrik ini lalu dikirim ke otak dan kita menerimanya sebagai suara.
Implan koklea bekerja dengan cara yang sama. Secara elektronik, implan koklea menemukan bunyi yang berarti dan kemudian mengirimnya ke otak.
4) Alat Bantu
Dengar
Alat bantu dengar merupakan suatu alat elektronik yang
dioperasikan dengan batere, yang berfungsi memperkuat dan merubah suara
sehingga komunikasi bisa berjalan dengan lancar.
Alat bantu dengar terdiri dari:
· Sebuah mikrofon untuk menangkap
suara
· Sebuah amplifier untuk
meningkatkan volume suara
· Sebuah speaker utnuk
menghantarkan suara yang volumenya telah dinaikkan.
Berdasarkan hasil tes fungsi
pendengaran, seorang audiologis bisa menentukan apakah penderita sudah
memerlukan alat bantu dengar atau belum (audiologis adalah seorang profesional kesehatan
yang ahli dalam mengenali dan menentukan beratnya gangguan fungsi pendengaran).
Alat bantu dengar sangat membantu proses pendengaran dan pemahaman percakapan pada penderita penurunan fungsi pendengaran sensorineural.
Alat bantu dengar sangat membantu proses pendengaran dan pemahaman percakapan pada penderita penurunan fungsi pendengaran sensorineural.
Dalam menentukan suatu alat bantu
dengar, seorang audiologis biasanya akan mempertimbangkan hal-hal berikut:
·
Kemampuan mendengar penderita
·
Aktivitas di rumah maupun di tempat bekerja
·
Keterbatasan fisik
·
Keadaan medis
·
Penampilan
·
Harga
1)
Alat Bantu Dengar Hantaran Udara
Alat ini paling banyak digunakan, biasanya dipasang di dalam
saluran telinga dengan sebuah penutup kedap udara atau sebuah selang kecil yang terbuka.
a. Alat Bantu Dengar Yang Dipasang Di
Badan
Digunakan pada penderita tuli dan
merupakan alat bantu dengar yang paling kuat. Alat ini disimpan dalam saku
kemeja atau celana dan dihubungkan dengan sebuah kabel ke alat yang dipasang di
saluran telinga. Alat ini seringkali dipakai oleh bayi dan anak-anak karena
pemakaiannya lebih mudah dan tidak mudah rusak.
b. Alat Bantu Dengar Yang Dipasang Di
Belakang Telinga
Digunakan untuk penderita gangguan fungsi pendengaran sedang sampai berat.
Digunakan untuk penderita gangguan fungsi pendengaran sedang sampai berat.
Alat ini dipasang di belakang
telinga dan relatif tidak terlihat oleh orang lain.
c.
CROS (contralateral routing of signals)
Alat ini digunakan oleh penderita yang hanya mengalami
gangguan fungsi pendengaran pada salah satu telinganya.
Mikrofon dipasang pada telinga yang tidak berfungsi dan suaranya diarahkan kepada telinga yang berfungsi melalui sebuah kabel atau sebuah transmiter radio berukuran mini.
Dengan alat ini, penderita dapat mendengarkan suara dari sisi telinga yang tidak berfungsi.
Mikrofon dipasang pada telinga yang tidak berfungsi dan suaranya diarahkan kepada telinga yang berfungsi melalui sebuah kabel atau sebuah transmiter radio berukuran mini.
Dengan alat ini, penderita dapat mendengarkan suara dari sisi telinga yang tidak berfungsi.
d.
BICROS (bilateral CROS)
Jika telinga yang masih berfungsi juga mengalami penuruna
fungsi pendengaran yang ringan, maka suara dari kedua telinga bisa diperkeras
dengan alat ini.
2). Alat Bantu Dengar Hantaran Tulang
Alat
ini digunakan oleh penderita yang tidak dapat memakai alat bantu dengar
hantaran udara, misalnya penderita yang terlahir tanpa saluran telinga atau
jika dari telinganya keluar cairan (otore).
Alat
ini dipasang di kepala, biasanya di belakang telinga dengan bantuan sebuah pita
elastis. Suara dihantarkan melalui tulang tengkorak ke telinga dalam.
Beberapa
alat bantu dengar hantaran tulang bisa ditanamkan pada tulang di belakang
telinga.
B.
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian
yang dapat dilakukan pada klien dengan gangguan
pendengaran adalah :
1)
Identitas
Berisi nama, usia,
jenis kelamin, alamat, dan keterangan lain mengenai identitas pasien.
2)
Riwayat penyakit
sekarang
Merupakan penjelasan
dari keluhan utama. Klien mengalami penurunan pendengaran.
3)
Riwayat penyakit dahulu
Adanya
riwayat penyakit sistemik yang dimiliki oleh pasien
4)
Aktifitas istirahat
Gejala yang terjadi
pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas biasanya atau hobi yang
berhubungan dengan gangguan pendengaran.
5)
Neurosensori
Gejala
yang terjadi pada
neurosensori adalah gangguan pendengaran seperti : kesulitan dalam mendengarkan
percakapan, terutama jika di sekelilingnya berisik terdengar gemuruh atau suara
berdenging di telinga (tinnitus), tidak dapat mendengarkan suara
televisi atau radio dengan volume yang normal,
meminta lawan bicara untuk mengulang percakapan, merasa mendengar lebih
baik di salah satu telinga, sulit
mendengar percakapan melalui telepon
2. Diagnosa
Keperawatan
1)
Gangguan alam perasaan:
depresi berhubungan dengan koping maladaptif.
2)
Kurang pengetahuan
tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak mengenal sumber
informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif.
3)
Ansietas berhubungan
prosedur penatalaksanaan / tindakan pembedahan
3. Rencana
Tindakan Keperawatan
Dx. 1
Gangguan
alam perasaan: depresi berhubungan dengan koping maladaptif.
1)
Klien dapat menggunakan
koping adaptif
2)
Beri dorongan untuk
mengungkapkan perasaannya dan mengatakan bahwa perawat memahami apa yang
dirasakan pasien.
3)
Tanyakan kepada pasien
cara yang biasa dilakukan mengatasi perasaan sedih/menyakitkan
4)
Diskusikan dengan
pasien manfaat dari koping yang biasa digunakan
5)
Bersama pasien mencari
berbagai alternatif koping.
6)
Beri dorongan kepada
pasien untuk memilih koping yang paling tepat dan dapat diterima
7)
Beri dorongan kepada pasien
untuk mencoba koping yang telah dipilih
8)
Anjurkan pasien untuk
mencoba alternatif lain dalam menyelesaikan masalah.
Dx.2
Kurang
pengetahuan tentang kondisi, prognosis, pengobatan berhubungan dengan tidak
mengenal sumber informasi, kurang terpajan/mengingat, keterbatasan kognitif.
1) Berikan
penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang
spesifik
2) Jelaskan
patofisiologi dari penyakit dan
bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang
tepat.
4) Gambarkan
proses penyakit, dengan cara yang tepat
5) Identifikasi
kemungkinan penyebab, dengna cara yang tepat
6) Sediakan
informasi pada pasien tentang kondisi, dengan cara yang tepat
7) Hindari
harapan yang kosong
8) Sediakan
bagi keluarga informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat
9) Diskusikan
perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa
yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit
11) Eksplorasi
kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat
12) Instruksikan
pasien mengenali
tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat.
Dx. 3
Ansietas
berhubungan prosedur penatalaksanaan
penyakitnya
1)
Tenangkan klien
2)
Berusaha memahami
keadaan klien
3)
Berikan informasi
tentang diagnosa prognosis dan tindakan
4)
Kaji tingkat kecemasan
dan reaksi fisik pada tingkat kecemasan.
5)
Gunakan pendekatan dan
sentuhan
6)
Temani pasien untuk mendukung keamanan dan
penurunan rasa takut
7)
Sediakan aktifitas
untuk menurunkan ketegangan
8)
Bantu pasien untuk
mengidentifikasi situasi yang menciptakan cemas
9)
Tentukan kemampuan klien
untuk mengambil keputusan
10) Intruksikan
kemampuan klien untuk menggunakan teknik relaksasi
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kehilangan Pendengaran kemungkinan
tidak dapat diperbaiki. Tujuan dari pada perawatan ini adalah untuk
mengobati luka dan melindungi telinga dari kerusakan yang lebih lanjut. Gangguan
pendengaran harus selalu didiagnosis oleh ahli pendengaran, seperti ahli
audiologi atau spesialis THT
DAFTAR PUSTAKA
Cooper, Robert B., Alih Bahasa Sitepoe,
Mangku.,(1996). Segala Sesuatu Yang Perlu
Anda Ketahui: Deases Penyakit. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Perace, Evelyn C., (2002). Anatomi dan Fisiologi Untun Paramedis. Jakarta: PT. Gramedia.
No comments:
Post a Comment